Notification

×

Iklan

Iklan

Harga Bumbu Dapur di Pasar Kroya Cilacap Naik Tajam Jelang Natal dan Tahun Baru 2025

12/09/2025 | 13.38 WIB | 0 Views
Cabai Tembus Rp90 Ribu, Harga Bumbu Dapur Kroya Naik Jelang Nataru
Jateng Update - Harga Bumbu Dapur di Pasar Kroya Cilacap Naik Tajam Jelang Natal dan Tahun Baru 2025


Cilacap (JatengUpdate), - Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025, masyarakat di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dihadapkan pada lonjakan signifikan harga bumbu dapur. Fenomena ini terjadi di Pasar Kroya, salah satu pasar tradisional terbesar di wilayah tersebut. Komoditas utama seperti cabai rawit, cabai merah besar, dan bawang merah mengalami kenaikan harga yang cukup mencolok, sehingga menambah beban pengeluaran rumah tangga di akhir tahun.


Kenaikan Harga di Pasar Kroya


Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa harga bumbu dapur mulai merangkak naik sejak awal Desember. Cabai rawit yang sebelumnya dijual sekitar Rp60.000 per kilogram kini menembus Rp90.000. Cabai merah besar juga mengalami kenaikan hingga Rp70.000 per kilogram, sementara bawang merah yang biasanya stabil di kisaran Rp40.000 kini dijual Rp60.000 per kilogram. Pedagang mengakui bahwa tren kenaikan ini sudah menjadi pola tahunan menjelang akhir tahun, namun kali ini lonjakannya terasa lebih tajam.


Seorang pedagang bernama Siti, yang sudah berjualan cabai selama 15 tahun di Pasar Kroya, mengatakan bahwa kenaikan harga kali ini lebih cepat dari biasanya. “Biasanya harga naik mendekati Natal, tapi sekarang sejak awal Desember sudah melonjak. Pembeli banyak yang mengeluh, tapi kami tidak bisa berbuat banyak karena pasokan memang terbatas,” ujarnya.


Faktor Penyebab Lonjakan


Pedagang dan pembeli sama-sama menyebutkan beberapa faktor utama yang memicu kenaikan harga bumbu dapur. Pertama, meningkatnya permintaan masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru. Tradisi memasak hidangan khas keluarga membuat kebutuhan cabai dan bawang melonjak drastis. Kedua, pasokan dari daerah sentra produksi berkurang akibat cuaca ekstrem.


Hujan deras dan banjir di beberapa wilayah sentra cabai dan bawang, seperti Brebes dan Jawa Timur, menyebabkan hasil panen menurun. Ketiga, distribusi logistik terganggu karena kondisi jalan yang rusak dan keterlambatan pengiriman.


Selain itu, faktor biaya transportasi juga berpengaruh. Kenaikan harga bahan bakar membuat ongkos distribusi meningkat, sehingga pedagang harus menyesuaikan harga jual.


Dampak bagi Pedagang dan Konsumen


Kenaikan harga bumbu dapur ini membawa dampak langsung bagi pedagang dan konsumen. Pedagang di Pasar Kroya mengaku harus menyesuaikan harga agar tetap bisa menjual barang, meski margin keuntungan semakin tipis. Sementara itu, konsumen merasakan beban tambahan karena pengeluaran rumah tangga meningkat.


Seorang ibu rumah tangga bernama Rina mengungkapkan, pengeluaran dapur keluarganya naik hampir dua kali lipat. “Biasanya belanja cabai Rp30.000 sudah cukup untuk beberapa hari, sekarang harus Rp60.000. Kami terpaksa mengurangi masakan pedas,” katanya.


Tren Nasional


Fenomena kenaikan harga bumbu dapur tidak hanya terjadi di Cilacap. Di Pasar Porong, Sidoarjo, harga cabai rawit bahkan menembus Rp95.000–Rp100.000 per kilogram. Bawang merah juga naik dari Rp40.000 menjadi Rp55.000 per kilogram. Kondisi serupa dilaporkan di sejumlah pasar tradisional di Jawa Barat dan Kalimantan.


Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa inflasi pangan pada Desember biasanya meningkat, dengan cabai dan bawang merah sebagai penyumbang utama. Pada Desember 2024, misalnya, inflasi pangan mencapai 1,2 persen, sebagian besar dipicu oleh kenaikan harga cabai rawit dan bawang merah. Pola serupa diperkirakan terjadi kembali pada akhir 2025.


Upaya Pemerintah


Pemerintah daerah bersama dinas perdagangan berupaya menekan kenaikan harga bumbu dapur dengan melakukan operasi pasar. Langkah ini diharapkan dapat menjaga stabilitas harga dan memastikan ketersediaan pasokan. Selain itu, pemerintah juga berkoordinasi dengan distributor besar untuk memperlancar distribusi barang.


Kementerian Perdagangan menyatakan akan terus memantau harga harian di pasar tradisional agar lonjakan tidak semakin tinggi. Jika diperlukan, pemerintah akan menyalurkan stok cadangan pangan dari gudang Bulog untuk menekan harga.


Kenaikan harga bumbu dapur tidak hanya berdampak pada rumah tangga, tetapi juga pada sektor usaha kecil menengah (UKM) di Cilacap. Warung makan, pedagang kaki lima, hingga restoran kecil harus menyesuaikan harga menu mereka. Beberapa pemilik warung mengaku terpaksa mengurangi porsi cabai dalam masakan agar tetap bisa menjual dengan harga terjangkau.


Hal ini berpotensi menurunkan daya beli masyarakat. Jika harga makanan naik, konsumen bisa mengurangi frekuensi makan di luar rumah. Dampaknya, perputaran ekonomi lokal bisa melambat.


Prediksi ke Depan


Pedagang memperkirakan harga masih berpotensi naik hingga puncak perayaan Natal dan Tahun Baru. Jika cuaca ekstrem berlanjut, pasokan akan semakin terbatas. Namun, setelah masa liburan berakhir, harga diperkirakan berangsur stabil.


Beberapa analis pangan menyebutkan bahwa pola ini hampir selalu terjadi setiap tahun, sehingga masyarakat diimbau untuk lebih bijak dalam berbelanja dan menyesuaikan konsumsi. Misalnya, dengan membeli bumbu secukupnya atau mencari alternatif bahan masakan yang lebih terjangkau.


Kenaikan harga bumbu dapur di Pasar Kroya, Cilacap, menjelang Natal dan Tahun Baru 2025 menjadi tantangan bagi masyarakat. Lonjakan harga cabai dan bawang merah menunjukkan betapa sensitifnya komoditas pangan terhadap faktor permintaan dan cuaca. Pemerintah diharapkan mampu menjaga stabilitas harga agar kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi, sementara konsumen diimbau untuk lebih cermat dalam mengatur pengeluaran rumah tangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update